Senin, 31 Desember 2012

Konferensi Remaja Islam

Posted by LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH | 06.53 Categories:
Konferensi remaja Islam (KRI)
Remaja Pejuang Syariah dan Khilafah
Bagaimana keadaan remaja saat ini? yang terbayang, tawuran seks bebas, narkoba, pornografi dan gambaran-gambaran mencengangkan lainnya, sangat ironis. Itulah buah diterapkannya sistem sekuler. Lalau bagaimana dengan Islam membentuk remaja?

Sepanjangsejarah khilafah Islam berdiri telah lahir para pemimpin ummat dan ilmuwan yang cerdas dari kalangan remaja. Ketua mUslimah HTI Ratu Erma Rahmawati mengatakan, sejarah mencatat nama-nama sepertiUamah bun Zaid sang komandan perang, Muhammad Al fatih sang penakluk, Thariq bin Ziyad yang kuat, Abdullah bin Abas yang berilmu, Zaid bin Tsabit yang cerdas, dan ibny Sina sejak umurnya 17 Tahun telah mampu membuka peraktik sendiri, bahkan dirinya diangkat sebagai dokter pribadi Khilafah.

"Kehidupan keluarga, masyarakat dan juga Negara dlam Kekhilafahan islam sangant mendukung lahirnya sosok generasi yang agung dan istimewa ini." ujarnya saat konferensi Remaja Islam yang digelar MHTI, ahad (16/12) di auditorium Sport Center ragunan, Jakarta.

Ia Menambahkan, khlafah Islamiyah yang menerapkan syariah Islam akan mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. "Dimasa khilaah Umar bin Abdul Aziz, semua rajyatnya merasakan hidup berkcukupan baik sandang, pangan, papan hingga layaan kesehatan, pendididkan dan keamanan.," ucapnya dihadapan 1.500 remaja se-Jabotabek dan sekitarnya, bertajuk Khilafah, Negara yang Melindungi dan Mensejahterakan Remaja.

Berikut Video Liputan kegiatan konferensi

Selasa, 25 Desember 2012

Anak-anak perindu Syahid

Posted by LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH | 10.26 Categories:

Inilah anak-anak remaja Suriah rela tinggalkan cita-cita mereka demi berjihad di jalan Allah

 Subhannalah  Allahu Akbar!
Ya Allah menangkan lah mereka para mujahidin dari ayah-ayah remaja dan remaja ini ... berilah ketabahan , kemudahan dan kemenangan serta rijki dan rahmat Allah..berilah mereka kehidupan mulia dan jika meninggal, mati syahid...

Remaja sekalin yang tercinta...
Samir Qutaini, anak remaja Suriah yang pernah bercita-cita menjadi pesepakbola internasional tak melanjutkan lagi sekolahnya dan lebih memilih menjadi pedagang di toko ponsel milik ayahnya, demi jihad.
Kisah Samir tidak seperti ribuan para remaja 17 tahun lainnya yang sebagian besar hidup bersenang-senang atau belum memiliki tujuan hidup. Samir di Suriah ini, ia berdagang ponsel demi membeli sebuah AK-47 untuk menjadi mujahid di jalan Allah.

"Satu hal yang Saya rindukan dari sekolah adalah bermain sepakbola dengan teman-teman saya," kata Samir kepada AFP. "Saya adalah gelandang tengah, dan benar saja, Saya mencetak gol. Impian saya adalah untuk bermain dengan (Lionel) Messi dan (Andres) Iniesta (para bintang Barcelona)."

Namun mimpinya itu harus ia lupakan karena ada hal yang lebih penting darinya. Kini Samir lebih sering bermain dengan senapannya.

Rumahnya sekarang adalah sebuah bangunan bekas toko kelontong di persimpangan Salahuddin di utara kota Aleppo, salah satu kota yang menjadi pusat pertempuran antara Mujahidin dan pasukan Bashar Assad, kota yang kini sebagian besarnya telah dikuasai oleh Mujahidin.

Sejak Samir meninggalkan rumahnya di kota Idlib beberapa bulan lalu, keluarga Samir kini adalah sebuah kelompok remaja lainnya yang turut berjihad. Abdel Khadir Zeidan (15) adalah yang termuda di antara mereka dan Muhammad Bassar (18) adalah salah satu yang tertua.

Sama seperti Mujahidin lainnya, mereka berjihad dengan keyakinan, hidup atau mati syahid.
Zeidan, menggunakan syal warna merah bermotif kotak-kotak, dengan gaya khas Mujahidin, wajahnya masih sangat lugu. Tetapi siapa sangka anak laki-laki yang terlihat masih polos itu telah ikut berperang selama lima bulan dan telah berhasil membunuh tentara musuh.

"Jangan tertipu dengan usia saya. Saya telah berperang selama lima bulan dan telah membunuh sejumlah tentara (rezim)," katanya.

Sekolahnya telah ditutup karena pertempuran mengguncang Suriah sejak Maret 2011, pemboman intensif yang dilakukan pasukan rezim telah menewaskan puluhan ribu warga sipil Muslim Suriah. Zeidan mengaku sangat tak tahan melihat saudara-saudaranya dibantai, karena itu ia berangkat berjihad.

"Setiap hari Saya menonton televisi bagaimana tentara rezim membunuh orang-orang tak bersalah, dan Saya tidak ingin berdiam diri di rumah menunggu mereka untuk membunuh kami juga," ujarnya.

"Saya ingat pada hari Saya memutuskan untuk pergi berperang, dan orangtua saya menangis. Saya berbicara kepada mereka sepekan sekali untuk memberitahu mereka bahwa Saya baik-baik saja, tetapi ibu saya selalu menangis ketika saya ucapkan selamat tinggal."

Selain mereka, ada Muhammad Obori (16), ia sedang duduk dan memainkan sebuah tank mainan yang ia temukan di rumah yang ditinggalkan pemiliknya.

Bagaimanapun, jiwa kanak-kanak mereka masih ada, ketika mereka bosan mereka bermain dengan permainan yang ada.

"Saya membawanya (tank mainan) kemana saja. Ketika saya merasa bosan, Saya bermain dengannya," kata Obori.

Obori mengatakan bahwa ayahnya telah menjadi salah satu mujahid di jajaran Tentara Pembebasan Suriah (FSA) di tempat tinggal mereka di provinsi Idlib. Namun ayahnya mendorongnya untuk pergi ke Aleppo untuk berjihad di sini.

"Beliau (ayah) lah yang mendorong saya untuk bergabung dan datang ke sini untuk berperang," katanya.
Tidak seperti Zeidan, Obori tidak melakukan kontak lagi dengan keluarganya, itu adalah caranya agar ia tetap tabah di medan jihad. 

"Karena itu membantu saya untuk menjaga pikiran saya (fokus) pada perang," menambahkan bahwa ia telah membunuh lima tentara musuh.

Tetapi ia tetap merindukan tidur di rumahnya bersama keluarganya dan memakan makanan yang ia sukai seperti kebab.

Di samping mereka, ada Mahmut, salah satu yang paling tua dan paling berpengalaman dalam brigade muda ini, ia sangat santai ketika berbicara tentang perang ini. Tidak seperti kebanyakan orang menganggap perang adalah hal yang menakutkan, Mahmut menjalaninya dengan tenang dan yakin kepada Allah.

"Saya tidak tahu apakah Saya telah membunuh seorang pun (dari jajaran musuh -red) atau tidak, dan Saya tidak peduli," katanya. 

Mahmut yakin bahwa mereka tidak kuasa sedikitpun atas apa yang mereka lakukan, karena semua bergantung pada Allah.

"Yang Saya ketahui adalah bahwa Saya menembaki mereka dan mereka menembaki saya. Allah lah yang membimbing peluru-peluru itu," tambahnya.

"Sebelum Saya bergabung, Saya tidak pernah menyentuh senjata, dan tidak pernah terpikirkan untuk menggunakannya satupun."

Mahmut juga bercerita bahwa ia pernah mengalami bertemu dengan geng Syiah Shabihah dan dipukuli hingga pingsan dan semua miliknya dirampas.

Tak jauh beda dengan remaja lainnya, Mahmut pun masih memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ketika perang sudah berakhir. Ia ingin kembali ke sekolah dan ingin masuk universitas untuk belajar tentang medis dan keperawatan, sesuatu yang ia katakan "berguna bagi masyarakat."

Mahmut mengaku bahwa keluarganya sempat tak setuju dengan pilihannya untuk turun ke medan perang. Tetapi Mahmut yakin mereka bangga terhadapnya.

"Meskipun mereka tidak mengatakannya, mereka bangga terhadap saya - terkhusus ayah saya, yang pada usia yang sama dengan saya ia bergabung dalam revolusi," menentang ayah Bashar Assad, Hafez, pada tahun 1980-an.

Brigade muda ini kemudian menyertai seorang wartawan di jalan, dengan memegang senapan mereka yang siap pakai.

Mereka sama sekali tidak merasa takut berada di medan perang, justru mereka sangat menikmatinya. Dan, sesekali mereka bercanda, mengatakan "ini seperti video game."

Luar Biasa!. Bagaiman dengan nasib ank remaja kita di Indonesia?
(sumber/arrahmah.com)

Jumat, 14 Desember 2012

Pemuda Pemudi Penggerak Dakwah

Posted by LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH | 15.51 Categories:

Pemuda Pemudi Penggerak Dakwah

Kaum Muslim sudah dikenal dengan jumlahnya yang sangat banyak, tetapi sayangnya gaung sang raksasa belum terdengar sepenuhnya. Dari tahun ke tahun, jumlah kaum Muslim mengalami peningkatan di berbagai negara dengan banyaknya muallaf. Pada umumnya, muallaf ini didominasi oleh para pemuda. Subhanallah. Inilah salah satu alasan yang membuat kafir penjajah tergopoh-gopoh menyusun rencana untuk menghancurkan pertahanan kaum Muslim melalui para pemudanya. Maka tidak aneh apabila pemuda Muslim saat ini dibombardir dari segala penjuru aspek kehidupan: makanan, gaya hidup, film dll.

Mari menengok ke zaman Rasulullah saw.. Saat memimpin kaum Muslim beliau ditemani oleh banyak pemuda yang siap berjihad fi sabilillah pada usia belia. Siapa yang tak mengenal Usamah bin Zaid, putra Ummu Aiman. Pada usianya yang masih muda, ia datang mengajukan diri untuk ikut bergabung dengan barisan pasukan Perang Uhud. Namun sayang, Rasullullah saw. menolaknya karena ia masih terlalu muda untuk berperang. Namun, Usamah bin Zaid yang berusia lima belas tahun kembali mengajukan diri untuk bergabung menjadi pasukan dalam Perang Khandaq. Kali ini Rasulullah saw. membolehkannya. Pada usia delapan belas tahun, ia kembali terjun ke medan Perang Mu’tah. Karena keberanian dan kegigihannya, Rasulullah saw. mengangkat dia sebagai panglima pasukan untuk memerangi pasukan Rum pada usia belum mencapai dua puluh tahun.

Masih banyak Sahabat Rasulullah saw. lainnya yang masih muda dengan sejuta tekad untuk syahid fi sabilillah. Zubair bin Awwam masuk Islam pada usia lima belas tahun. Abdullah bin Abbas rela mengetuk satu-persatu pintu untuk menimba ilmu dari para sahabat Rasulullah dan mengajak teman seusianya untuk ikut belajar walaupun masih ada yang ragu dengan ajakannya. Tak kalah hebatnya dengan yang lain, masih ada Thalhah bin Ubaidillah yang selalu setia berdiri di samping Rasulullah saw., dan selalu menjadi orang pertama yang mengajukan diri untuk melawan kaum musyrik dalam Perang Uhud. Dengan semangat jihad yang lebih panas dari bara api, puluhan bekas tebasan pedang, tusukan, lemparan panah, darah segar dan pergelangan tangan yang putus sebelah-lah yang menjadi impian para pemuda Muslim pada saat itu.

Kekuatan kaum Muslim dengan jumlah yang sangat tidak sedikit ini harusnya sudah bisa membuat perubahan di dunia. Sudah menjadi rahasia umum, khususnya bagi kaum Muslim, bahwa dakwah adalah sebuah kewajiban yang seharusnya senantiasa menjadi poros hidup dan bukan hanya teori. Pemuda Muslim dengan segala potensi luar biasa yang dimiliki, ide cemerlang, fisik yang kuat, semangat yang membara dan kemampuan dalam menyusun strategi seharusnya sudah sangat bisa membawa pemuda Muslim yang lain peduli dan mulai bangkit dari “keindahan” dunia remaja pada umumnya.

Pada saat pemuda lain menikmati masa mudanya dengan bersenang-senang, pemuda Muslim pun mempunyai cara “bersenang-senang” yang istimewa, yakni menyerukan Islam dengan berdakwah. Siapa lagi yang akan melanjutkan estafet perjuangan dakwah Islam sampai Daulah Khilafah Islamiyah berdiri kalau bukan para pemudanya? Siapa lagi yang akan menjadi penggerak dan pejuang syariah Islam kalau bukan pemudanya?

Wahai pemuda Muslim! Bukan saatnya untuk duduk manis berpangku tangan dengan setumpuk urusan duniawi!

Wahai pemuda Muslim! Islam memerlukan masa mudamu, bukan sisa mudamu! Dunia sedang haus akan gaung suara pemuda Muslim yang senantiasa berdakwah dan memperjuangkan Islam agar kembali tegak di muka bumi. Pemuda Muslim yang aktif adalah mereka yang senantiasa aktif berdakwah.

WalLahu a’lam bi ash-shawab.
Sumber: Alwaie

Minggu, 02 Desember 2012

Selamatkan diri dan keluarga  kita dari api neraka

Kengerian Neraka
Allah l berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Sebuah seruan dari Dzat Yang Maha Agung kepada orang-orang yang beriman, berisi perintah dan peringatan berikut kabar tentang bahaya besar yang mengancam. Seruan ini ditujukan kepada insan beriman, karena hanya mereka yang mau mencurahkan pendengaran kepada ajakan Allah l, berpegang dengan perintah-Nya dan mengambil manfaat dari ucapan-Nya. Allah l perintahkan mereka agar menyiapkan tameng untuk diri mereka sendiri dan untuk keluarga mereka guna menangkal bahaya yang ada di hadapan mereka serta kebinasaan di jalan mereka. Bahaya yang mengerikan itu adalah api yang sangat besar, tidak sama dengan api yang biasa kita kenal, yang dapat dinyalakan dengan kayu bakar dan dipadamkan oleh air. Api neraka ini bahan bakarnya adalah tubuh-tubuh manusia dan batu-batu. Ia berbeda  sama sekali dengan api di dunia. Bila orang terbakar dengan api dunia, ia pun meninggal berpisah dengan kehidupan dan tidak lagi merasakan sakitnya pembakaran tersebut. Beda halnya bila seseorang dibakar dengan api neraka, na’udzubillah. Karena Allah l berfirman:
“Setiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka.” (Al-Isra’: 97)
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka terus merasakan azab.” (An-Nisa’: 56)
“Mereka tidak dibinasakan dengan siksa yang dapat mengantarkan mereka kepada kematian (mereka tidak mati dengan siksaan di neraka bahkan mereka terus hidup agar terus merasakan siksa) dan tidak pula diringankan azabnya dari mereka.” (Fathir: 36) [Al-Khuthab Al-Minbariyyah fil Munasabat Al-‘Ashriyyah, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, dengan sub judul Fit Tahdzir minan Nar wa Asbab Dukhuliha, 2/164-165]
Orang yang masuk ke dalam api yang sangat besar ini tidak mungkin dapat lari untuk meloloskan diri, karena yang menjaganya adalah para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah l terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Allah l berfirman:
“Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras.” (At-Tahrim: 6)
Al-Imam Al-Qurthubi t menjelaskan, “Penjaganya adalah para malaikat Zabaniyah yang hati mereka keras, kaku, tidak mengasihi jika dimohon kepada mereka agar menaruh iba…
Kata ﯨ maksudnya keras tubuh mereka. Ada yang mengatakan, para malaikat itu kasar ucapannya dan keras perbuatannya. Ada yang berpendapat, malaikat tersebut sangat kasar dalam menyiksa penduduk neraka, keras terhadap mereka. Bila dalam bahasa Arab dinyatakan: فُلاَنٌ شَدِيْدٌ عَلَى فُلاَنٍ, maksudnya Fulan menguasainya dengan kuat, menyiksanya dengan berbagai macam siksaan.
Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ﯧ adalah sangat besar tubuh mereka, sedangkan maksud ﯨ adalah kuat.
Ibnu Abbas c berkata, “Jarak antara dua pundak salah seorang dari malaikat tersebut adalah sejauh perjalanan setahun. Kekuatan salah seorang dari mereka adalah bila ia memukul dengan alat pukul niscaya dengan sekali pukulan tersebut tersungkur 70.000 manusia ke dalam jurang Jahannam.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 18/128)
Al-‘Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir As-Sa’di t berkata menafsirkan ayat ke-6 surah At-Tahrim di atas, “Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang disebutkan dengan sifat-sifat yang mengerikan. Ayat ini menunjukkan perintah menjaga diri dari api neraka tersebut dengan ber-iltizam (berpegang teguh) terhadap perintah Allah l, menunaikan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan bertaubat dari perbuatan yang Allah l murkai serta perbuatan yang menyebabkan azab-Nya. Sebagaimana ayat ini mengharuskan seseorang menjaga keluarga dan anak-anak dari api neraka dengan cara memberikan pendidikan dan pengajaran kepada mereka, serta memberitahu mereka tentang perintah Allah l. Seorang hamba tidak dapat selamat kecuali bila ia menegakkan apa yang Allah l perintahkan terhadap dirinya dan orang-orang yang di bawah penguasaannya, baik istri-istrinya, anak-anaknya, dan selain mereka dari orang-orang yang berada di bawah kekuasaan dan pengaturannya.
Dalam ayat ini pula Allah l menyebutkan neraka dengan sifat-sifat yang mengerikan agar menjadi peringatan terhadap manusia jangan sampai meremehkan perkaranya. Allah l berfirman:
“…Yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (At-Tahrim: 6)
Sebagaimana Allah l berfirman:
“Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah (patung-patung) adalah bahan bakar/kayu bakar Jahannam, kalian sungguh akan mendatangi Jahannam tersebut.”1
Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras. Yaitu akhlak mereka kasar dan hardikan mereka keras. Mereka membuat kaget dengan suara mereka dan membuat ngeri dengan penampilan mereka. Mereka melemahkan penghuni neraka dengan kekuatan mereka dan menjalankan perintah Allah l terhadap penghuni neraka, di mana Allah l telah memastikan azab atas penghuni neraka ini dan mengharuskan azab yang pedih untuk mereka.
Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Di sini juga ada pujian untuk para malaikat yang mulia dan terikatnya mereka kepada perintah Allah l serta ketaatan mereka kepada Allah l dalam seluruh perkara yang diperintahkan-Nya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 874)

Penjagaan Rasulullah n terhadap Keluarganya
Rasulullah n sebagai uswah hasanah bagi orang-orang yang beriman telah memberikan arahan dan peringatan kepada kerabat beliau dalam rangka menjaga mereka dari api neraka. Tatkala turun perintah Allah l dalam ayat:
“Berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat.” (Asy Syu’ara: 214)
Rasulullah n mendatangi bukit Shafa dan menaikinya, lalu menyeru manusia untuk berkumpul. Maka orang-orang pun berkumpul di sekitar beliau. Sampai-sampai yang tidak dapat hadir mengirim utusannya untuk mendengarkan apa gerangan yang akan disampaikan oleh Muhammad n. Rasulullah n kemudian memanggil kerabat-kerabatnya, “Wahai Bani Abdil Muththalib! Wahai Bani Fihr! Wahai Bani Lu’ai! Apa pendapat kalian andai aku beritakan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda dari balik bukit ini akan menyerang kalian. Adakah kalian akan membenarkan aku?” Mereka serempak menjawab, “Iya.” Beliau melanjutkan, “Sungguh aku memperingatkan kalian sebelum datangnya azab yang pedih.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Abbas c)
Aisyah x memberitakan bahwa ketika turun ayat di atas, Rasulullah n bangkit seraya berkata, “Wahai Fathimah putri Muhammad! Wahai Shafiyyah putri Abdul Muththalib! Wahai Bani Abdil Muththalib! Aku tidak memiliki kuasa sedikit pun di hadapan Allah l untuk menolong kalian kelak. (Adapun di kehidupan dunia ini) maka mintalah harta dariku semau kalian.” (HR. Muslim)
Al-Imam Muslim t meriwayatkan dari hadits Aisyah x, istri Nabi n, bahwa bila hendak shalat witir, beliau n membangunkan Aisyah x.
Rasulullah n sendiri telah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad t:
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami lalu si suami mengerjakan shalat. Bila suaminya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah suaminya.” (Sanad hadits ini shahih kata Asy-Syaikh Ahmad Syakir t dalam tahqiqnya terhadap Al-Musnad)
Ummu Salamah x mengabarkan, suatu malam Rasulullah n terbangun dari tidur beliau. Beliau pun membangunkan istri-istri beliau untuk mengerjakan shalat. Kata beliau:
أَيْقِظُوْا صَوَاحِبَ الْحُجْرِ
“Bangunlah, wahai para pemilik kamar-kamar (istri-istri beliau yang sedang tidur di kamarnya masing-masing)!” (HR. Al-Bukhari)
Tidak luput pula putri dan menantu beliau juga mendapatkan perhatian beliau. Suatu malam, Rasulullah n mendatangi rumah Ali dan Fathimah c. Beliau berkata, “Tidakkah kalian berdua mengerjakan shalat malam?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits ‘Ali z)

Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka
Seorang suami sebagai kepala rumah tangga selain menjaga dirinya sendiri dari api neraka, ia juga bertanggung jawab menjaga istri, anak-anaknya, dan orang-orang yang tinggal di rumahnya. Satu cara penjagaan diri dan keluarga dari api neraka adalah bertaubat dari dosa-dosa. Allah l berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nashuha. Mudah-mudahan Rabb kalian menghapuskan kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, seraya mereka berdoa, ‘Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’.” (At-Tahrim: 8)
Seorang suami sekaligus ayah ini bertaubat kepada Allah l dengan sebenar-benarnya, taubat yang murni, kemudian ia membimbing keluarganya untuk bertaubat. Taubat yang dilakukan disertai dengan meninggalkan dosa, menyesalinya, berketetapan hati untuk tidak mengulanginya, dan mengembalikan hak-hak orang lain yang ada pada kita. Taubat yang seperti ini tentunya menggiring pelakunya untuk beramal shalih. Buah yang dihasilkannya adalah dihapuskannya kesalahan-kesalahan yang diperbuat, dimasukkan ke dalam surga, dan diselamatkan dari kerendahan serta kehinaan yang biasa menimpa para pendosa dan pendurhaka.
Melakukan amal ketaatan dan menjauhi maksiat harus diwujudkan dalam rangka menjaga diri dari api neraka. Seorang kepala rumah tangga menerapkan perkara ini dalam keluarganya, kepada istri dan anak-anaknya. Ia punya hak untuk memaksa mereka agar taat kepada Allah l dan tidak berbuat maksiat, karena ia adalah pemimpin mereka yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah l kelak dalam urusan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah n:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Umar c)
Ia harus memaksa anaknya mengerjakan shalat bila telah sampai usianya, berdasar sabda Rasulullah n:
مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنٍ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka telah berusia tujuh tahun dan pukullah mereka bila enggan melakukannya ketika telah berusia sepuluh tahun serta pisahkanlah di antara mereka pada tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud dari hadits Abdullah ibnu ‘Amr c, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Abi Dawud, “Hadits ini hasan shahih.”)
Allah l telah berfirman:
“Perintahkanlah keluargamu untuk mengerjakan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya.” (Thaha: 132)
Seorang ayah bersama seorang ibu harus bekerja sama untuk menunaikan tanggung jawab terhadap anak, baik di dalam maupun di luar rumah. Anak harus terus mendapatkan pengawasan di mana saja mereka berada, dijauhkan dari teman duduk yang jelek dan teman yang rusak. Anak diperintahkan untuk mengerjakan yang ma’ruf dan dilarang dari mengerjakan yang mungkar.
Orangtua harus membersihkan rumah mereka dari sarana-sarana yang merusak berupa video, film, musik, gambar bernyawa, buku-buku yang menyimpang, surat kabar, dan majalah yang rusak.
Seluruh perkara yang telah disebutkan di atas dilakukan dalam rangka menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Karena, bagaimana seseorang dapat menyelamatkan dirinya dari api neraka bila ia meninggalkan shalat padahal shalat adalah tiang agama dan pembeda antara kafir dengan iman?
Bagaimana seseorang dapat menyelamatkan dirinya dari api neraka bila ia selalu melakukan perkara yang diharamkan dan mengentengkan amalan ketaatan? Bagaimana seseorang dapat menyelamatkan dirinya dari api neraka bila ia selalu berjalan di jalan neraka, siang dan malam?
Hendaknya ia tahu bahwa neraka itu dekat dengan seorang hamba, sebagaimana surga pun dekat. Nabi n bersabda:
الْجَنَّةُ أَدْنَى إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ
“Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya dan neraka pun semisal itu.” (HR. Al-Bukhari dari hadits Ibnu Mas’ud z)
Maksud hadits di atas, siapa yang meninggal di atas ketaatan maka ia akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya, siapa yang meninggal dalam keadaan bermaksiat maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka. (Al-Khuthab Al-Minbariyyah, 2/167)
Bagaimana seseorang dapat menjaga keluarganya dari api neraka sementara ia membiarkan mereka bermaksiat kepada Allah l dan meninggalkan kewajiban?
Bagaimana seorang ayah dapat menyelamatkan anak-anaknya dari api neraka bila ia keluar menuju masjid sementara ia membiarkan anak-anaknya masih pulas di atas pembaringan mereka, tanpa membangunkan mereka agar mengerjakan shalat? Atau anak-anak itu dibiarkan asyik dengan permainan mereka, tidak diingatkan untuk shalat?
Anak-anak yang seyogianya merupakan tanggung jawab kedua orangtua mereka, dibiarkan berkeliaran di mal-mal, main game, membuat kegaduhan dengan suara mereka hingga mengusik tetangga, kebut-kebutan di jalan raya dengan motor ataupun mobil. Sementara sang ayah tiada berupaya meluruskan mereka. Malah ia penuhi segala tuntutan duniawi si anak. Adapun untuk akhirat mereka, ia tak ambil peduli. Sungguh orangtua yang seperti ini gambarannya tidaklah merealisasikan perintah Allah l dalam surah At-Tahrim di atas. Wallahul musta’an.
Maka, marilah kita berbenah diri untuk menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Bersegeralah sebelum datang akhir hidup kita, sebelum datang jemputan dari utusan Rabbul Izzah, sementara kita tak cukup ‘bekal’ untuk bertameng dari api neraka, apatah lagi meninggalkan ‘bekal’ yang memadai untuk keluarga yang ditinggalkan. Allahumma sallim!
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Sumber: http://asysyariah.com/jagalah-diri-dan-keluarga-dari-api-neraka.html

Download Buku-Buku Islam

Coment di Facebook

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube