Sabtu, 10 November 2012

Lembaga Rohisan sekolah di curigai?

Posted by LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH | 03.28 Categories:
Rohis dan teroris. Dua kata yang kedengerannya sepadan di kuping. Tapi bukan berarti sama artinya lho. Malah kalo ada yang nyeleneh menyamakan dua kata ini, bisa berabe urusannya. Ya iya dong, masa ya iya lah. Enak aja nyamain rohis yang mulia dengan teroris yang hina dina. Beda banget gitu lho!

Sialnya, pada tanggal 5 September 2012, Metro TV bikin ulah yang mencoreng nama baik organisasi kerohanian islam alias rohis. Dalam sebuah tayangan program Metro Hari Ini, stasiun TV yang digawangi Surya Paloh ini memaparkan sebuah ilustrasi mengenai pola rekrutmen ‘teroris muda’. Dalam program bersama narasumber dari Guru Besar UIN Jakarta Prof Bambang Pranowo, mantan Kepala BIN Hendropriyono dan pengamat terorisme Taufik Andri ini, disampaikan bahwa pola rekrutmen ‘teroris muda’: (1) Sasarannya siswa SMP akhir-SMA dari sekolah-sekolah umum; (2) Masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah; (3) Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah; (4) Dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang; (5) Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah toghut/kafir/musuh. Bayangin deh, apa yang ada di benak penonton ketika membaca kata kunci pelajar + ekskul di mesjid sekolah + diskusi islam + kebencian terhadap penguasa. Jawabannya, kaitan ROHIS dan TERORIS!

Rohis dan Potret Buruk Bangsa

Sekedar ngingetin, rohis adalah akronim dari Kerohanian Islam. Sebuah nama ekstrakurikuler yang berhubungan dengan kegiatan agama Islam di sekolah atau kampus. Sebagaimana layaknya organisasi Islam lain, lahirnya organisasi Rohis juga dalam rangka menyambut seruan Allah dalam firman-Nya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Imron 104).
Kalo kita telusuri asal-usulnya, rohis mulai berkembang di sekolah-sekolah sejak awal 90an. Bahkan cikal bakal atau yang menyemangati untuk ‘revolusi jilbab dan atau kerudung’ di sekolah-sekolah umum pada saat itu, salah satunya adalah Rohis. Kehadiran rohis melengkapi minimnya materi pelajaran Agama islam di pendidikan formal. Karena memang porsi pelajaran agama tidak bisa menjawab kegundahan para siswa tentang Islam dan kehidupan, yang notabene mereka masih muda belia, saatnya mereka mencari jati diri. Coba deh cek, berapa sih porsi pelajaran agama di sekolah selama seminggu? Waktu era penulis sekolah sih cuman 2 jam pelajaran dalam seminggu. Entah sekarang. Mungkin gak jauh beda. Itu juga kalo gak libur atau gurunya absen. Tapi kalo gurunya gak masuk, bablas deh seminggu itu gak ada pelajaran agama. Haus-haus deh tuh dahaga spiritualnya!
Kegiatan rohis bukan cuman menambah jam pelajaran agama yang teoritis belaka. Tapi lebih kepada pengenalan siswa terhadap Islam sebagai aturan hidup. Program pendampingan semacam mentoring dari senior atau kakak kelas, membantu siswa mengenal Islam lebih dalam dengan bahasa yang cair dan mudah dimengerti oleh remaja usia sekolah. Karena esensi agama adalah tindakan, praktek langsung, bukan hanya teori-teori yang dihafalkan di kelas dan dikeluarkan di soal-soal ujian. Rohis memfasilitasi itu, dengan program-program kerjanya.
Rohis hanya ingin memperbaiki pola pikir generasi muda yang sudah teracuni dengan pola pikir hedonism atau materialism. Lalu menggantinya dengan pemikiran yang cemerlang dan gemilang dari Islam. Rohis mengajak anggotanya untuk peka dan berpikir kritis tentang negeri ini. Nggak egois bin individualis yang cuman mikirin kepentingan dan kesenangan diri sendiri.
Yup, kajian Islam dalam Rohis tidak dibatasi hanya masalah ibadah ritual semata. Tapi juga berupaya mengajak remaja berdiskusi dan mencari solusi tentang negeri ini yang penuh korupsi. Rohis juga ikut urun rembug dalam kajian tentang mengapa sumber daya alam negeri ini belum dikelola secara adil dan bijak. Cakupan obrolan dan dikusi nggak jauh dari kondisi negeri ini yang banyak dibahas media massa. Rohis ingin anak muda Indonesia kelak lebih peka, kritis, dan aktif mencari solusi untuk kebaikan bangsa ini. Masa yang kaya gini difitnah sebagai sarang rekrutmen teroris. Ada-ada aja!\

Membaca Arah Opini Teroris

Bola salju telah bergulir. Semakin lama menggelinding, semakin besar. Itulah yang terjadi pada opini nyeleneh yang dibangun MetroTV terkait korelasi rekrutmen teroris muda dengan organisasi rohis. Di bulan september ini, media massa kian gencar menayangkan informasi seputar terorisme. Keliatan banget kalo opini teroris ini dibangun untuk mengingatkan publik pada peristiwa hancurnya menara kembar WTC pada 9 September 2011. Secara terus-menerus publik digiring untuk bersikap islamophobia terhadap ajaran Islam yang tegas bin ideologis. Terutama yang berhubungan dengan kebangkitan Islam sebagai aturan hidup dan nada keras penolakan umat Islam terhadap arogansi Amerika di negeri-negeri Islam.
Opini teroris memecah belah umat dengan pemberian label islam garis keras, islam moderat, atau islam fundamentalis. Label yang dibuat oleh musuh-musuh Islam untuk mengkerdilkan ajaran Islam dan menyudutkan para aktivis Islam. Dan rohis salah satu pihak yang kebagian getahnya dalam opini pola rekrutmen teroris muda yang merambah ke dunia pendidikan formal.
Maka tak ayal, jika tayangan dialog seputar terorisme yang diurai di awal tulisan ini memancing emosi para aktivis rohis. Baik yang masih aktif maupun yang sudah alumni. Sehingga dalam waktu kurang dari 24 jam, Gerakan Tuntut Metro TV Kepada Rohis Se-Indonesia di facebook saja telah mencapai lebih dari 10.000 orang. Belum lagi di group BBM, SMS Pengaduan, dan blog serta website, semuanya berisi kecaman dan ketidaksetujuan terhadap tayangan Metro TV tersebut.
Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH. Makruf Amin sangat menyayangkan atas tayang tersebut, dengan mengatakan “Jangan digeneralisir seperti itu. Pernyataan yang demikian justru akan menimbulkan sikap saling curiga” (merdeka.com, Sabtu 15/9).
Sementara itu, Isu terorisme memang sudah menjadi kendaraan menuju pembunuhan karakter terhadap Islam atau anti Islam.  Menurut tokoh Tim Pengacara Muslim (TPM) Mahendratta, sinergi antara BNPT dan gerakan liberal dicurigai berniat menghancurkan Islam di Indonesia. “Jadi mereka memang ingin menghancurkan ideologi (Islam), mereka ingin Indonesia menjadi negara sekuler,” jelas Mahendratta kepada hidayatullah.com, Sabtu (15/09/2012).
Meskipun akhirnya pada hari Sabtu, 15 September 2012, pihak Metro TV mengeluarkan pernyataan maafnya dan membela diri, tapi itu tidak dapat menarik kembali bom opini yang sudah dilempar ke tengah masyarakat. Nasi sudah menjadi bubur. Nama baik rohis udah hancur. Dari logika yang dibangun dalam program dialog itu, jelas Info grafik yang mereka tayangkan sedang menyudutkan organisasi ekstrakurikuler di berbagai sekolah. Jika dikaitkan langsung dengan program antiterorisme yang masih dan sedang digalakkan oleh BNPT, maka ini adalah salah satu langkah mengkriminalkan Rohis, setelah sebelumnya santer rame opini tentang ‘sertifikasi ulama’.
Sayangnya, ada aja umat Islam yang adem ayem nanggepin opini teroris dan rohis. Malah ada yang belagu bin sok tahu dengan menyayangkan sikap pembelaan kita terhadap Rohis. Mereka bilang “marah dan pembelaan kita terhadap pemberitaan tersebut, justru menunjukkan bahwa kita benar pelakunya (teroris)?” oh yaa….terus, itu masalaah buat lo!! Hehehe… jadi, kalo nama kita dicatut media massa terus difitnah sebagai pelaku teroris kita diem aja gitu? Lantaran kalo kita marah terus mengadukan ke pihak berwenang berarti kita membenarkan tuduhan tersebut? Helloooo….! Nggak segitunya kaleee…!
Penelitian dan fakta mana yang bisa menunjukkan hal itu? Ini hanya upaya untuk menggembosi semangat keislaman kita. Marah adalah refleksi dari naluri gharizatul baqa kita, dan itu sebagai suatu kewajaran. Cuman untuk mewujudkan langkah selanjutnya dari marah itu yang masing-masing orang berbeda tergantung pola kebiasaan dia berpikir dan bersikap. Buat kita sebagai remaja muslim yang baik dan benar, tentu saja emosi tetap dalam kendali akal. Tidak mudah terprovokasi oleh oknum pemecah belah umat. Kita salurkan rasa marah kita di jalur yang benar sesuai dengan tuntunan rasul. Dakwah!

 Rohis Mesti Tetep Eksis!

Potret buram kondisi remaja negeri khatulistiwa terus mengisi headline media massa. Data tawuran antar pelajar dari data Bimas Mabes Polri tahun 2010 jumlah kasusnya 128, sementara tahun 2011 meningkat 2 kali lipat menjadi 339 kasus (Kompas, 21/12/2011). Untuk kasus penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotika Nasional mencatat tahun 2010 penyalah guna sekitar 4,02 juta orang, kemudian tahun 2011 meningkat sekitar 2,8% atau sekitar 5 juta orang (Kompas, 26/06/2011). Dari survei Komisi Perlindungan Anak tahun 2010 terhadap perilaku seksual pelajar SMP dan SMA, didapati data 93,7% mengaku pernah pernah berciuman, petting dan oral seks; sebanyak 62,7% remaja SMP sudah tidak perawan; 26,2% remaja SMA pernah aborsi, dan 97% pernah nonton video porno.
Fakta kebobrokan remaja di atas terus meningkat dari tahun ke tahun. Tidak hanya secara kuantias, tapi juga kualitas. Aksi tawuran tidak sekedar adu jotos. Tapi sudah berbekal senjata tajam sejenis samurai, gear yang diasah, badik, atau double stick. Komunitas biker muda juga tidak hanya ngumpul kongkow-kongkow mengisi malam panjang di akhir minggu. Tapi sudah mengarah pada tindakan kriminal yang sering dipraktikkan geng motor. Begitu juga dengan pecandu narkoba yang mulai menaikkan levelnya menjadi pengedar.
Trend busana yang mengumbar aurat juga kian mewabah dikalangan remaji. Mereka tidak sungkan lagi berpakaian seksi dan mengeksplorasi daya tarik seksualnya. Kondisi ini diperparah dengan provokasi dari tayangan media yang menampilkan gaya hidup idola remaja yang cenderung hedonis dan materialis. Lengkap deh serangan budaya dan pemikiran yang menghantam generasi muda Islam. Rasa malu secara perlahan dicabut dari diri remaja en remaji muslim. Akibatnya bisa fatal. Lantaran rasul saw mengingatkan kita dalam sabdanya, “Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum (negeri) maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu” (HR. Bukhari-Muslim)
Sahabat, potret buram remaja di atas udah semestinya menggedor kepedulian kita. Lantaran akibat dari kemaksiatan yang merajalela, tidak hanya menimpa mereka para pelaku kemasiatan. Tapi juga kita-kita yang sama-sama hidup dalam satu planet dengan mereka di muka bumi. Allah swt berfirman: “Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak saja akan menimpa orang yang zholim diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya.” (QS. Al-Anfal 25)
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.: “Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW.bersabda (yang artinya): “Bila suatu kaum berbuat maksiat, sementara di antara mereka ada yang mampu menegur mereka, namun tidak dilakukannya, melainkan Allah akan menimpakan siksa-Nya secara merata atas mereka dari sisi-Nya.”.
Sehingga kita hanya punya satu pilihan terbaik untuk menghindari turunnya azab Allah. Berdakwah merubah fakta di atas menjadi Islami. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para shahabat. Di sinilah pentingnya eksistensi rohis di sekolah atau kampus. Sebagai media dakwah yang aktif menyerukan pada kebaikan dan mencegah kemungkaran untuk kebaikan semua pihak. Hambatan dan tantangan dakwah itu pastilah ada, tapi jangan membuat kita berlari meninggalkan dakwah. Jika kita memilih lari dari dakwah dengan adanya hambatan dan tantangan dakwah, maka kita bukan lagi seorang pejuang, kita telah menjadi pecundang. Mari kita sambut ajakan dakwah dan bergabung bersama rohis untuk memberkuat barisan perjuangan Islam demi tegaknya syariah dan khilafah di muka bumi ini. Biar kata difitnah teroris, rohis mesti tetep eksis. Allahu akbar![@LukyRouf]

0 komentar:

Posting Komentar

Assalalmualaiikum... Bagi sobat sobat sekalian yang mau berkomentar silahkan masukan disini... komentar yang kurang sopan akan kami delete denga hormat... terimakasih...

Download Buku-Buku Islam

Coment di Facebook

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube