Rohis
dan teroris. Dua kata yang kedengerannya sepadan di kuping. Tapi bukan
berarti sama artinya lho. Malah kalo ada yang nyeleneh menyamakan dua
kata ini, bisa berabe urusannya. Ya iya dong, masa ya iya lah. Enak aja
nyamain rohis yang mulia dengan teroris yang hina dina. Beda banget gitu
lho!
Sialnya, pada tanggal 5 September 2012, Metro TV bikin ulah yang mencoreng nama baik organisasi kerohanian islam alias rohis.
Dalam sebuah tayangan program Metro Hari Ini, stasiun TV yang digawangi
Surya Paloh ini memaparkan sebuah ilustrasi mengenai pola rekrutmen
‘teroris muda’. Dalam program bersama narasumber dari Guru Besar UIN
Jakarta Prof Bambang Pranowo, mantan Kepala BIN Hendropriyono dan
pengamat terorisme Taufik Andri ini, disampaikan bahwa pola rekrutmen
‘teroris muda’: (1) Sasarannya siswa SMP akhir-SMA dari sekolah-sekolah
umum; (2) Masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid
sekolah; (3) Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi
di luar sekolah; (4) Dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk,
penguasa korup, keadilan tidak seimbang; (5) Dijejali dengan doktrin
bahwa penguasa adalah toghut/kafir/musuh. Bayangin deh, apa yang ada di
benak penonton ketika membaca kata kunci pelajar + ekskul di mesjid
sekolah + diskusi islam + kebencian terhadap penguasa. Jawabannya,
kaitan ROHIS dan TERORIS!
Rohis dan Potret Buruk Bangsa
Sekedar ngingetin, rohis adalah akronim dari Kerohanian Islam. Sebuah
nama ekstrakurikuler yang berhubungan dengan kegiatan agama Islam di
sekolah atau kampus. Sebagaimana layaknya organisasi Islam lain,
lahirnya organisasi Rohis juga dalam rangka menyambut seruan Allah dalam
firman-Nya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Imron 104).
Kalo kita telusuri asal-usulnya, rohis mulai berkembang di
sekolah-sekolah sejak awal 90an. Bahkan cikal bakal atau yang
menyemangati untuk ‘revolusi jilbab dan atau kerudung’ di
sekolah-sekolah umum pada saat itu, salah satunya adalah Rohis.
Kehadiran rohis melengkapi minimnya materi pelajaran Agama islam di
pendidikan formal. Karena memang porsi pelajaran agama tidak bisa
menjawab kegundahan para siswa tentang Islam dan kehidupan, yang
notabene mereka masih muda belia, saatnya mereka mencari jati diri. Coba
deh cek, berapa sih porsi pelajaran agama di sekolah selama seminggu?
Waktu era penulis sekolah sih cuman 2 jam pelajaran dalam seminggu.
Entah sekarang. Mungkin gak jauh beda. Itu juga kalo gak libur atau
gurunya absen. Tapi kalo gurunya gak masuk, bablas deh seminggu itu gak
ada pelajaran agama. Haus-haus deh tuh dahaga spiritualnya!
Kegiatan rohis bukan cuman menambah jam pelajaran agama yang teoritis
belaka. Tapi lebih kepada pengenalan siswa terhadap Islam sebagai
aturan hidup. Program pendampingan semacam mentoring dari senior atau
kakak kelas, membantu siswa mengenal Islam lebih dalam dengan bahasa
yang cair dan mudah dimengerti oleh remaja usia sekolah. Karena esensi
agama adalah tindakan, praktek langsung, bukan hanya teori-teori yang
dihafalkan di kelas dan dikeluarkan di soal-soal ujian. Rohis
memfasilitasi itu, dengan program-program kerjanya.
Rohis hanya ingin memperbaiki pola pikir generasi muda yang sudah
teracuni dengan pola pikir hedonism atau materialism. Lalu menggantinya
dengan pemikiran yang cemerlang dan gemilang dari Islam. Rohis mengajak
anggotanya untuk peka dan berpikir kritis tentang negeri ini. Nggak
egois bin individualis yang cuman mikirin kepentingan dan kesenangan
diri sendiri.
Yup, kajian Islam dalam Rohis tidak dibatasi hanya masalah ibadah
ritual semata. Tapi juga berupaya mengajak remaja berdiskusi dan mencari
solusi tentang negeri ini yang penuh korupsi.
Rohis juga ikut urun rembug dalam kajian tentang mengapa sumber daya
alam negeri ini belum dikelola secara adil dan bijak. Cakupan obrolan
dan dikusi nggak jauh dari kondisi negeri ini yang banyak dibahas media
massa. Rohis ingin anak muda Indonesia kelak lebih peka, kritis, dan
aktif mencari solusi untuk kebaikan bangsa ini. Masa yang kaya gini
difitnah sebagai sarang rekrutmen teroris. Ada-ada aja!\
Membaca Arah Opini Teroris
Bola salju telah bergulir. Semakin lama menggelinding, semakin besar.
Itulah yang terjadi pada opini nyeleneh yang dibangun MetroTV terkait
korelasi rekrutmen teroris muda dengan organisasi rohis. Di bulan
september ini, media massa kian gencar menayangkan informasi seputar
terorisme. Keliatan banget kalo opini teroris ini dibangun untuk
mengingatkan publik pada peristiwa hancurnya menara kembar WTC pada 9
September 2011. Secara terus-menerus publik digiring untuk bersikap
islamophobia terhadap ajaran Islam yang tegas bin ideologis. Terutama
yang berhubungan dengan kebangkitan Islam sebagai aturan hidup dan nada
keras penolakan umat Islam terhadap arogansi Amerika di negeri-negeri
Islam.
Opini teroris memecah belah umat dengan pemberian label islam garis
keras, islam moderat, atau islam fundamentalis. Label yang dibuat oleh
musuh-musuh Islam untuk mengkerdilkan ajaran Islam dan menyudutkan para
aktivis Islam. Dan rohis salah satu pihak yang kebagian getahnya dalam
opini pola rekrutmen teroris muda yang merambah ke dunia pendidikan
formal.
Maka tak ayal, jika tayangan dialog seputar terorisme yang diurai di
awal tulisan ini memancing emosi para aktivis rohis. Baik yang masih
aktif maupun yang sudah alumni. Sehingga dalam waktu kurang dari 24
jam, Gerakan Tuntut Metro TV Kepada Rohis Se-Indonesia di
facebook saja telah mencapai lebih dari 10.000 orang. Belum lagi di
group BBM, SMS Pengaduan, dan blog serta website, semuanya berisi
kecaman dan ketidaksetujuan terhadap tayangan Metro TV tersebut.
Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH. Makruf Amin sangat menyayangkan atas tayang tersebut, dengan mengatakan “Jangan digeneralisir seperti itu. Pernyataan yang demikian justru akan menimbulkan sikap saling curiga” (merdeka.com, Sabtu 15/9).
Sementara itu, Isu terorisme memang sudah menjadi kendaraan menuju
pembunuhan karakter terhadap Islam atau anti Islam. Menurut tokoh Tim
Pengacara Muslim (TPM) Mahendratta, sinergi antara BNPT dan gerakan
liberal dicurigai berniat menghancurkan Islam di Indonesia. “Jadi mereka
memang ingin menghancurkan ideologi (Islam), mereka ingin Indonesia
menjadi negara sekuler,” jelas Mahendratta kepada hidayatullah.com,
Sabtu (15/09/2012).
Meskipun akhirnya pada hari Sabtu, 15 September 2012, pihak Metro TV
mengeluarkan pernyataan maafnya dan membela diri, tapi itu tidak dapat
menarik kembali bom opini yang sudah dilempar ke tengah masyarakat. Nasi
sudah menjadi bubur. Nama baik rohis udah hancur. Dari logika yang
dibangun dalam program dialog itu, jelas Info grafik yang mereka
tayangkan sedang menyudutkan organisasi ekstrakurikuler di berbagai
sekolah. Jika dikaitkan langsung dengan program antiterorisme yang masih
dan sedang digalakkan oleh BNPT, maka ini adalah salah satu langkah
mengkriminalkan Rohis, setelah sebelumnya santer rame opini tentang
‘sertifikasi ulama’.
Sayangnya, ada aja umat Islam yang adem ayem nanggepin opini teroris
dan rohis. Malah ada yang belagu bin sok tahu dengan menyayangkan sikap
pembelaan kita terhadap Rohis. Mereka bilang “marah dan pembelaan kita
terhadap pemberitaan tersebut, justru menunjukkan bahwa kita benar
pelakunya (teroris)?” oh yaa….terus, itu masalaah buat lo!! Hehehe…
jadi, kalo nama kita dicatut media massa terus difitnah sebagai pelaku
teroris kita diem aja gitu? Lantaran kalo kita marah terus mengadukan ke
pihak berwenang berarti kita membenarkan tuduhan tersebut? Helloooo….!
Nggak segitunya kaleee…!
Penelitian dan fakta mana yang bisa menunjukkan hal itu? Ini hanya
upaya untuk menggembosi semangat keislaman kita. Marah adalah refleksi
dari naluri gharizatul baqa kita, dan itu sebagai suatu kewajaran. Cuman
untuk mewujudkan langkah selanjutnya dari marah itu yang masing-masing
orang berbeda tergantung pola kebiasaan dia berpikir dan bersikap. Buat
kita sebagai remaja muslim yang baik dan benar, tentu saja emosi tetap
dalam kendali akal. Tidak mudah terprovokasi oleh oknum pemecah belah
umat. Kita salurkan rasa marah kita di jalur yang benar sesuai dengan
tuntunan rasul. Dakwah!
Rohis Mesti Tetep Eksis!
Potret buram kondisi remaja negeri khatulistiwa terus mengisi
headline media massa. Data tawuran antar pelajar dari data Bimas Mabes
Polri tahun 2010 jumlah kasusnya 128, sementara tahun 2011 meningkat 2
kali lipat menjadi 339 kasus (Kompas, 21/12/2011). Untuk kasus
penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotika Nasional mencatat tahun 2010
penyalah guna sekitar 4,02 juta orang, kemudian tahun 2011 meningkat
sekitar 2,8% atau sekitar 5 juta orang (Kompas, 26/06/2011). Dari survei
Komisi Perlindungan Anak tahun 2010 terhadap perilaku seksual pelajar
SMP dan SMA, didapati data 93,7% mengaku pernah pernah berciuman,
petting dan oral seks; sebanyak 62,7% remaja SMP sudah tidak perawan;
26,2% remaja SMA pernah aborsi, dan 97% pernah nonton video porno.
Fakta kebobrokan remaja di atas terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tidak hanya secara kuantias, tapi juga kualitas. Aksi tawuran tidak
sekedar adu jotos. Tapi sudah berbekal senjata tajam sejenis samurai,
gear yang diasah, badik, atau double stick. Komunitas biker muda juga
tidak hanya ngumpul kongkow-kongkow mengisi malam panjang di akhir
minggu. Tapi sudah mengarah pada tindakan kriminal yang sering
dipraktikkan geng motor. Begitu juga dengan pecandu narkoba yang mulai
menaikkan levelnya menjadi pengedar.
Trend busana yang mengumbar aurat juga kian mewabah dikalangan
remaji. Mereka tidak sungkan lagi berpakaian seksi dan mengeksplorasi
daya tarik seksualnya. Kondisi ini diperparah dengan provokasi dari
tayangan media yang menampilkan gaya hidup idola remaja yang cenderung
hedonis dan materialis. Lengkap deh serangan budaya dan pemikiran yang
menghantam generasi muda Islam. Rasa malu secara perlahan dicabut dari
diri remaja en remaji muslim. Akibatnya bisa fatal. Lantaran rasul saw
mengingatkan kita dalam sabdanya, “Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum (negeri) maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu” (HR. Bukhari-Muslim)
Sahabat,
potret buram remaja di atas udah semestinya menggedor kepedulian kita.
Lantaran akibat dari kemaksiatan yang merajalela, tidak hanya menimpa
mereka para pelaku kemasiatan. Tapi juga kita-kita yang sama-sama hidup
dalam satu planet dengan mereka di muka bumi. Allah swt berfirman: “Dan
peliharalah dirimu dari siksa yang tidak saja akan menimpa orang yang
zholim diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya.” (QS. Al-Anfal 25)
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.: “Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW.bersabda (yang artinya): “Bila
suatu kaum berbuat maksiat, sementara di antara mereka ada yang mampu
menegur mereka, namun tidak dilakukannya, melainkan Allah akan
menimpakan siksa-Nya secara merata atas mereka dari sisi-Nya.”.
Sehingga kita hanya punya satu pilihan terbaik untuk menghindari
turunnya azab Allah. Berdakwah merubah fakta di atas menjadi Islami.
Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para shahabat. Di sinilah
pentingnya eksistensi rohis di sekolah atau kampus. Sebagai media
dakwah yang aktif menyerukan pada kebaikan dan mencegah kemungkaran
untuk kebaikan semua pihak. Hambatan dan tantangan dakwah itu pastilah
ada, tapi jangan membuat kita berlari meninggalkan dakwah. Jika kita
memilih lari dari dakwah dengan adanya hambatan dan tantangan dakwah,
maka kita bukan lagi seorang pejuang, kita telah menjadi pecundang. Mari
kita sambut ajakan dakwah dan bergabung bersama rohis untuk memberkuat
barisan perjuangan Islam demi tegaknya syariah dan khilafah di muka bumi
ini. Biar kata difitnah teroris, rohis mesti tetep eksis. Allahu
akbar![@LukyRouf]
0 komentar:
Posting Komentar
Assalalmualaiikum... Bagi sobat sobat sekalian yang mau berkomentar silahkan masukan disini... komentar yang kurang sopan akan kami delete denga hormat... terimakasih...